Sabtu, 29 Desember 2012

Manfaatkan dan peningkatan website sebagai sahabat berbisnis



“Small Village”, adalah ungkapan yang cukup populer sejak internet mulai dikenal masyarakat dunia. Ungkapan ini sepenuhnya benar. Pasalnya, internet membuat dunia ibarat sebuah “kampung kecil” yang meniadakan sekat teritorial, waktu, dan jarak bagi peselancarnya. Di Indonesia, seperti dikutip dari laman internetworldstats.com, pengguna internet di negara ini menduduki peringkat ke-empat, dan peringkat pertama penggunan Facebook di kawasan Asia Tenggara. Menakjubkan bukan?
Melihat angka pengguna internet yang sangat tinggi itu, fenomena dunia maya pun merambah ke dunia bisnis. Wajar saja, internet surfer tersebut merupakan market empuk sasaran pebisnis. Di perusahaan global dan industri besar lokal pemanfaatan internet bukanlah barang baru. Namun, tidak demikian dengan bisnis Usaha Kecil Menengah (UKM) bila merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), angka statistik menunjukan saat ini ada sekitar 17 juta UKM di Indonesia, dan hanya 75 ribu yang telah memiliki website sendiri.
Melek online memang terus berkembang, akan tetapi jumlahnya belum sepenuhnya berimbang dengan pertumbuhan industrinya. Tidak salah jika akhirnya raksasa global sekelas Google melalui perwakilannya di Asia Tenggara sudi “repot-repot” membuat program UKM Goes to Online beberapa waktu lalu.
Masih banyak pengusaha yang belum melek online. Setidaknya ada tiga yang menjadi penyebabnya. Pertama, pengusaha terlalu asik dengan pemasaran konvensional dengan menggunakan sales segabai ujung tombaknya. Hal ini bisa dimaklumi jika brand dan produk bagus tentunya akan mempermudah penjualan. Tetapi jika brand dan produknya masih minim, baru, dan belum dikenal khalayak luas, akan sangat sulit bersaing di pemasaran konvensional.
Persaingan bisnis layaknya medan peperangan, sang pemilik merk pasti bersaing dengan banyaknya kompetitor secara sengit dan tajam. Bentuk sebuah persaingan tersebut secara otomatis sangat memerlukan strategi. Begitu pula dengan bisnis pemanfaatan dunia online, adalah bagian dari sebuah strategi. Begitu pula untuk memenangkan persaingan bisnis, ia juga wajib memiliki strategi bisnis agar selalu menang dan selalu dalam keberuntungan.
Kolaborasi Bisnis Konvensional & Digital
Meskipun dunia online sedang naik daun, cara konvensional masih tetap ampuh. Bahkan, ungkapnya kedua hal tersebut bisa dikolaborasikan menjadi strategi yang jitu. Pasar tradisional atau konvensional merupakan muara dari segala perlengkapan. Karena, pelanggana dapat secara langsung mengecek produk-produk sebuah usaha, ia ada untuk melahirkan kepercayaan (trust). Dan pasar digital atau modern sebagai media iklan guna menjaring pelanggan yang seluas-luasnya tanpa batas. Dengan demikian, usahanya berkembang maju dengan 2 metode marketing secara beriringan, yakni konvensional (offline) dan digital (online) secara berimbang. Agar pebisnis mampu memaksimalkan dua strategi itu untuk melipatgandakan omsetnya. Maka, mau tidak mau, setiap orang apalagi pebisnis harus menuju kesana.
Mampu Mendongkrak Omset ratusan kali lipat
Melalui Online, pengusaha Indonesia akan melihat begitu besar dan luas target pasar yang bisa mereka garap. Bahkan, bagaimana mereka dapat mengurangi biaya secara signifikan. Dengan kata lain, cara ini merupakan langkah cerdas dalam menciptakan mesin uang bisnis mereka. Sebagai catatan, di dunia bisnis kemitraan yang menciptakan rekor pencapaian omset maupun mitra lewat online.
Tengok saja Raja Pindah, merek jasa pindahan berkonsep kemitraan pertama di Indonesia ini bahkan mencatatkan rekor kenaikan salesnya hingga 50%. Peran dunia maya untuk perkembangan dunia bisnis memang cukup sentral di era digital saat ini. Selain sebagai sarana marketing tools, internet juga sebagai sarana edukasi kepada para konsumen.
Sumber: Business Opportunity

Tidak ada komentar:

Posting Komentar